Soal CSC5

Jumlah atom karbon pada 1 molekul paracetamol adalah sebanyak……………………….
Jawab :8
Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton sedangkan basa adalah suatu zat yang dapat menerima proton adalah teori yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry. Berdasarkan teori tersebut, suatu senyawa dapat saja berupa asam sekaligus berupa basa yang dikenal dengan istilah amfiprotik. Yang merupakan pasangan basa konjugasi dari H2O adalah………………..
Jawab : OH-
Jika larutan basa lemah M(OH)2 mempunyai pH 9 + log 6. Ksp basa tersebut adalah………………
Jawab : 1,08 x 10-13
Senyawa A (Mr = 88 gram/mol) sebanyak 264 gram dipanaskan dalam wadah bervolume 1 L dan terjadi reaksi 5A 4B + C. Pada saat kesetimbangan perbandingan mol A dan C = 2 : 5, maka derajat disosiasinya adalah…………………………….
Jawab : 25/27
Berapakah derajat disosiasi untuk reaksi kesetimbangan A 2B jika tekanan total adalah 2,08 atm dan harga tetapan kesetimbangan tekanan adalah 4,16?
Jawab : √(1/3) atau 0,5774 atau 57,74 %
Reaksi antara A, B, dan C adalah reaksi berorde tiga terhadap A dan berorde dua terhadap B. jika konsentrasi A dijadikan dua kali konsentrasi semula dan konsentrasi B dijadikan tiga kali konsentrasi semula, maka laju reaksinya meningkat menjadi 72 kali. Berapakah orde reaksi dari C?
Jawab : 0
Terletak di periode dan golongan berapakah unsur yang memiliki nomor atom sebanyak 80?
Jawab : periode 6, golongan IIB (12)
Berapakah jumlah neutron dari unsur yang memiliki bilangan kuantum n = 5, l = 2, m = 1, dan s = +1/2 jika massa atom relatif dari unsur tersebut adalah 184 gram/mol?
Jawab : 110
Satu-satunya unsur radioaktif yang terletak pada golongan halogen adalah………….
Jawab : Astatin (At)
Digolongkan ke dalam sistem koloid manakah asap dan debu yang sering memedihkan mata kita di jalan raya?
Jawab : Busa Padat / Aerosol Padat / Fase gas-padat

Soal CSC4

1. Sebanyak 200 mL larutan NaCl direaksikan dengan larutan perak nitrat berlebihan menghasilkan 10,045 gram endapan perak klorida. Jika massa jenis NaCl adalah 1,03 g/mL, maka berapakah kadar NaCl jika Ar Ag = 108 gram/mol, Ar N = 14 gram/mol, Ar O = 16 gram/mol, Ar Na =23 gram/mol, dan Ar Cl = 35,5 gram/mol?
Jawab : 1,9879 %
2. Sebanyak 29,8 gram KCl (Mr =74,5 gram/mol) dilarutkan dalam 100 gram air. Ternyata titik didih larutan menjadi 103,432 oC. Jika Kb air = 0,52 oC/m dan titik didih pelarut murni adalah 100 oC, berapakah derajat disosiasi KCl dalam larutan?
Jawab : 65 %

Soal CSC3

1. Nama homolog dari senyawa turunan alkana yang mengandung gugus fungsi aldehid adalah…
a. Alkanal
b. Alkanon
c. Alkoksialkana
d. Alkil alkanoat
e. Alkana

2. Pada industri pembuatan amoniak yang dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi terjadi reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Jika mula-mula terdapat 500 mol N2 dan 100 mol H2 dan tetapan kesetimbangan tekanan pada keadaan ini adalah 5,9236 x 10-4, maka tentukan tekanan total jika jumlah mol NH3 yang terbentuk adalah 20 mol!
a. 36,8 atm
b. 46,8 atm
c. 56,8 atm
d. 66,8 atm
e. 76,8 atm

3. Larutan basa lemah M(OH)2 tepat jenuh mempunyai pH = 10. Ksp basa tersebut adalah.................
a. 5 x 10-12
b. 4 x 10-12
c. 2 x 10-12
d. 5 x 10-13
e. 5 x 10-14

4. Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 6 x 10-12. Tentukan kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan yang memiliki pH = 12!
a. 3 x 10-8
b. 6 x 10-8
c. 3 x 10-9
d. 6 x 10-9
e. 6 x 10-10
5. Berapakah pH 100 mL larutan CH3COONH4 0,1 M? (Ka CH3COOH = 2 x 10-5, Kb = NH4OH = 10-5)
a. 5
b. 5,15
c. 7
d. 8,85
e. 9

6. Dari reaksi :
2A(s) + B(g) 3C(g)  D(aq) + 5E(aq)
Pada suhu tetap diperoleh data sebagai berikut :
[A] [B] [C] Laju Reaksi (mol L-1 s-1)
0,1 0,1 0,2 2
0,1 0,2 0,4 4
0,3 0,2 0,6 36
0,6 0,4 0,6 288
Maka rumus laju reaksinya adalah :
a. v = k[A]2[B][C]3
b. v = k[B]-1[C]-3
c. v = k[A][B]2
d. v = k[A]2[B]
e. v = k[A]-2[B]-1[C]-3[D][E]5

7. Seorang mahasiswa mengelektrolisis larutan NiSO4 pada ruangan tertutup (tidak terjadi pertukaran materi dengan lingkungan luar) dengan menggunakan elektroda inert. Proses elektrolisis itu berlangsung selama 9 jam dengan arus 15 A (1 F= 96500 C). Sejumlah gas O2 dibebaskan ke udara dari proses elektrolisis ini. Tetapi justru konsentrasi gas O2 di udara berkurang dari 20,98 % (b/b) menjadi 20,27 % (b/b). Hal ini karena mahasiswa melakukan respirasi di mana mahasiswa ini membutuhkan waktu rata-rata 3 s untuk sekali menarik dan membuang napas. Jika dianggap bahwa tubuh mahasiswa ini rata-rata mengambil 0,13 gram O2 dan membuang 0,20 gram CO2 setiap 1 kali menarik dan membuang napas, maka massa total udara sebelum proses elektrolisis adalah……..( Ar Ni=58,7, Ar S=32, Ar O=16, Ar H=1)
a. 218950 gram
b. 215150 gram
c. 214500 gram
d. 212400 gram
e. 147,8145 gram

8. Diketahui energi pembakaran standar oleh C2H6 = -1114,5 kJ/mol, energi ikatan O-H = 393 kJ/mol, C-C = 347 kJ/mol, C=O = 745 kJ/mol, dan O=O = 498,7 kJ/mol. Sejumlah energi digunakan pada mesin kalor untuk menguapkan 200 gram air dengan suhu awal 21 oC di mana kalor jenis air = 4,2 kJ kg-1 K-1 dan kalor uap air = 2260 kJ Kg-1. Jika energi yang dibutuhkan ternyata sama besar dengan energi yang digunakan pada pemutusan seluruh ikatan pada n mol gas propana menjadi atom-atom penyusunnya pada keadaan standar menurut reaksi C3H8  3C + 8H. Maka jumlah mol propana yang dimaksud adalah……………..
a. 0,1603 mol
b. 0,1565 mol
c. 0,1466 mol
d. 0,1294 mol
e. 0,0605 mol

9. Salah satu faktor untuk mempercepat laju reaksi adalah dengan memperlebar luas permukaan. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan katalis oleh salah satu industri. Untuk mendapatkan fungsi yang lebih efektif, suatu katalis (berbentuk bulatan) yang bervolume 6,0007 cm3 diperlebar luas permukaannya dengan dihancurkan hingga masing-masingnya bervolume 0,2609 mm3. Berapakah luas permukaan total partikel katalis yang telah dihancurkan tersebut?
a. 454,068 cm2
b. 23000 cm2
c. 720,79 cm2
d. 3,1339 cm2
e. 43,478 cm2

10. Jika diketahui Ksp Ag2CrO4 pada suhu 25 oC adalah 2,4 x 10-12, maka jumlah penambahan padatan Ag dalam air pada suhu 25 oC yang bervolume 2 L yang menyebabkan konsentrasi Ag+ tepat dalam keadaan jenuh adalah……(Ar Ag = 107,868 gram/mol, Ar Cr = 51,996 gram/mol, dan Ar O = 15,9994 gram/mol)
a. 0,01 gram
b. 0,04 gram
c. 0,1 gram
d. 0,4 gram
e. 1,4 gram

11. Data eksperimen untuk reaksi A + B  P adalah sebagai berikut :
[A] [B] V (mol L-1 s-1)
0,01 0,02 2 x 10-5
0,08 0,08 2,56 x 10-3
0,25 0,1 1,25 x 10-2
a 0,5 1,5 x 10-1
0,3 0,4 b
Maka nilai a dan b berturut-turut adalah...................................
a. 0,20 dan 0,24
b. 0,20 dan 0,12
c. 0,20 dan 0,20
d. 0,12 dan 0,24
e. 0,12 dan 0,20

12. 25,00 mL sampel HCl dititrasi menggunakan larutan standar NaOH dengan konsentrasi 0,0488 M. Pembacaan awal dan akhir titrasi pada buret ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Maka konsentrasi larutan HCl tersebut ialah…
a. 0,0221 M
b. 0,0441 M
c. 0,0882 M
d. 0,2205 M
e. 0,4410 M

13. Suatu asam diprotik dengan Ka1 1.10-3 dan Ka2 1.10-8 memiliki kurva titrasi sebagai berikut :

Spesies yang mendominasi pada saat larutan mencapai pH 7 ialah…
a. H2A
b.HA-
c.A2-
d. H2A dan A2-
e.HA- dan A2-

14. Suatu asam diprotik dengan Ka1 1.10-3 dan Ka2 1.10-4 memiliki kurva titrasi sebagai berikut :

Berdasarkan kurva titrasi di atas, jumlah titik ekuivalen yang dapat teramati ialah sebanyak…
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

15. Dibawah ini yang bukan merupakan syarat suatu larutan standar primer ialah…
a. kemurnian yang tinggi
b. rumus molekul yang pasti
c. tidak bersifat higroskopis
d. larutannya bersifat stabil
e. berat ekivalen (BE) yang rendah

16. Dibawah ini merupakan kurva titrasi Na2CO3 dengan HCl :

Reaksi yang terjadi pada kurva sekitar TE II ialah :
a. CO32- + H+ → HCO3-
b. CO32- + 2H+ → H2CO3
c. HCO3- + H+ → H2CO3
d. H2CO3 + OH- → HCO3- + H2O
e. HCO3- + OH- → CO32- + H2O


17. Rumus struktur EDTA ialah sebagai berikut :

Jumlah ion hydrogen yang dapat dibebaskan dari senyawa ini adalah…
a. 2
b. 4
c. 6
d. 8
e. 10

18. Berikut adalah beberapa kurva titrasi ion logam menggunakan larutan standar EDTA pada pH tertentu :

Titrasi Cu2+ (Kf = 6,3 . 1018) pada pH 9 Titrasi Fe2+ (Kf = 2,1 . 1014) pada pH 9

Titrasi Cu2+ (Kf = 6,3 . 1018) pada pH 7
Pernyataan yang benar mengenai titrasi kompleksometri berdasarkan kurva di atas ialah…
a. Semakin besar nilai konstanta pembentukannya, titik ekuivalen semakin mudah diamati.
b. Semakin besar nilai konstanta pembentukannya, jumlah EDTA yg dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen semakin besar.
c. Semakin asam, titik ekuivalen semakin mudah diamati
d. Semakin asam, jumlah EDTA yg dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen semakin besar.
e. Semakin besar nilai konstanta pembentukannya, titik ekuivalen semakin cepat tercapai.

19. Suatu larutan KMnO4 berkonsentrasi 0,0200 M. Berapakah normalitas larutan ini dalam larutan yang mengandung H2SO4?
a. 0,0040
b. 0,0100
c. 0,0200
d. 0,0400
e. 0,1000

20. Pada penentuan kadar tembaga (II) dalam suatu sampel terusi, 2,0001 gram sampel dilarutkan dalam labu ukur 100 mL. Larutan sampel dipipet sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer 300 mL dan dibubuhi 10 mL H2SO4 4 N, 10 mL larutan KCNS 10% dan 25 mL larutan KI 20%. Larutan ini kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,0934 N menggunakan indikator kanji. Pada titik akhir titrasi, diketahui volume penitar yang dibutuhkan ialah 21,44 mL. Dari data tersebut, maka kadar tembaga (II) dalam sampel sebesar…
a. 12,73%
b. 25,45%
c. 34,87%
d.50,90%
e.69,74%

21. Penentuan kadar MnO2 dapat dilakukan dengan metode permanganatometri. MnO2 tidak dapat dititrasi langsung dengan KMnO4 sebab keduanya bersifat penerima elektron. Oleh karena itu, diperlukan pihak ketiga berupa asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) yang ditambahkan berlebihan pada sampel yang mengandung MnO2. Kelebihan asam oksalat ini selanjutnya dititrasi dengan KMnO4. Jika terdapat a mg asam oksalat yang ditambahkan pada b mg sampel, dibutuhkan c mL KMnO4 dengan konsentrasi d N. Pada metode ini, milligrek (mol/valensi) dari MnO2 sama dengan…
a. (a/b) – (c x d)
b. (a/Bstasam oksalat) – (c x d)
c. (b/BstMnO2) – (c x d)
d. (a/Bstasam oksalat) – (b/BstMnO2)
e. (c x d) – (a/b)

22. Nama IUPAC dari struktur dibawah ini adalah:

a. asam α-metil-β-hidroksibutirat
b. asam α-hidroksi-β-metilbutirat
c. asam α-hidroksimetilbutirat
d. asam β-hidroksimetilbutirat
e. Tidak ada jawaban yang benar

23. Berapakah jumlah isomer optis dari asam 2,3-dihidroksi buttanoat?
a. satu
b. dua
c. tiga
d. empat
e. enam

24. Jika heksatriena ditambahkan air bromin maka warna coklat merah dari air bromin akan luntur. Hal ini terjadi karena....
a. Bromin mengadisi senyawa tersebut
b. Bromin mengoksidasi senyawa tersebut
c. Bromin mereduksi senyawa tersebut
d. Bromin mengeleminasi senyawa tersebut
e. Bromin menitrasi senyawa tersebut

25. Bentuk molekul dari IF3 dan IF5 adalah...
a. Piramidal trigonal dan piramida segiempat
b. Planar bentuk T dan segilima planar
c. Piramida trigonal dan segilima planar
d. Planar bentuk T dan bipiramidal trigonal
e. Planar bentuk T dan piramida segiempat

26. Yang menyebabkan sudut ikatan H-N-H dalam NH3 kurang dari sudut tetrahedron adalah....
a. Karena adanya desakan pasangan elektron bebas
b. Karena jumlah elektron valensi ada 5
c. Karena jari-jari atom H kecil
d. Karena jari-jari atom N besar
e. Tidak ada jawaban yang benar

27. Ikatan C-H bersifat polar, sedangkan molekul CH4 bersifat nonpolar. Hal tersebut terjadi karena...
a. Jumlah atom H ada 4
b. Bentuk molekul CH4 simetris
c. Pusat muatan negatif tidak berimpit dengan pusat muatan negatif
d. Selisih keelektronegatifan C dan H kecil
e. CH4 bersifat gas

28. Unsur-unsur blok p dapat juga disebut unsur-unsur....
a. Tergolong logam aktif
b. Transisi
c. Tergolong logam
d. Tergolong nonlogam
e. Representatif

29. Teori yang mengemukakan bahwa suatu cara untuk meramalkan bentuk molekul berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat adalah...
a. VSEPR
b. Ikatan kimia
c. Mekanika kuantum
d. Domain elektron
e. VSEPR dan mekanika kuantum

30. Berikut ini adalah ciri-ciri ikatan ion kecuali...
a. Mempunyai titik leleh tinggi
b. Mempunyai titik didih tinggi
c. Bersifat rapuh
d. Lelehannya merupakan konduktor
e. Titik didih dan titik leleh yang sangat tinggi

31. Hitunglah besarnya kerja yang dilakukan suatu sistem yang mengalami ekspansi melawan tekanan 2 atm dengan perubahan volume 5 L.
a. 2,0264 kJ
b. 1,0132 kJ
c. 0,2240 kJ
d. 2,2400 kJ
e. 0,8130 kJ

32. Suatu reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap disertai pelepasan kalor sebanyak 100 kJ dan sistem melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Tentukan nilai ∆E dan ∆H?
a. 95 kJ dan -100 kJ
b. 105 kJ dan -100 kJ
c. -95 kJ dan -100 kJ
d. -105 kJ dan -100 kJ
e. -105 kJ dan 100 kJ

33. Hitunglah berapa mL H2SO4 yang dibutuhkan untuk membuat 200 mL H2SO4 4M dari H2SO4pekat. (Bj H2SO4: 1,8 kgL-1, 98%)
a. 22,22 mL
b. 21,22 mL
c. 44,44 mL
d. 43,44 mL
e. 8 mL

34. Berapa persen (b/b) jika 4 gram NaCl dilarutkan dalam 100 mL air. (Bj air: 1 gmL-1)
a. 4 %
b. 3,85 %
c. 4,16 %
d. 3,70 %
e. 4,20 %

35. Mengapa dalam pembuatan H2SO4, larutan asam harus ditambahkan ke air bukan sebaliknya?
a. Karena pelarutan H2SO4 bersifat eksoterm
b. Karena pelarutan H2SO4 bersifat endoterm
c. Karena H2SO4 bersifat asam kuat
d. Karena H2SO4 bersifat toksik
e. Tidak ada jawaban yang benar

36. Berapakah Natrium tiosulfat pentahidrat yang harus ditimbang untuk membuat 250 mL natrium tiosulfat 0,1 N (Na = 23, S = 32, O = 16, H = 1)
a. 3,1023 g
b. 6,2045 g
c. 3,9500 g
d. 6,0290 mg
e. 3,1023 mg

37. Kapan suatu pereaksi dikatakan berorde negatif?
a. Jika laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi pereaksinya
b. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksinya
c. Jika perubahan konsentrasi tidak mempengaruhi laju reaksi
d. Jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksinya
e. Tidak ada jawaban yang benar

38. Laju reaksi dapat dipercepat dengan cara berikut ini, kecuali...
a. Memperbesar konsentrasi pereaksi
b. Menaikkan suhu
c. Memperkecil ukuran zat padat
d. Menggunakan katalisator
e. Tidak ada jawaban yang benar

39. Apa yang dimaksud dengan sifat koligatif larutan?
a. Sifat larutan yang bergantung pada jenis zat terlarut dan konsentrasi partikel terlarut.
b. Sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut dan konsentrasi partikel terlarut.
c. Sifat larutan yang bergantung pada jenis zat terlarut tetapi tidak bergantung pada konsentrasi partikel terlarut.
d. Sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi bergantung pada konsentrasi partikel terlarut.
e. Titik didih, tekanan uap, titik beku dan tekanan osmotic larutan.

40. Jika ditambah sejumlah glukosa (C6H12O6) ke dalam air (H2O), maka pernyataan di bawah ini yang tepat adalah…
a. Tekanan uap larutan akan bertambah.
b. Titik didih larutan akan bertambah.
c. Titik beku larutan akan turun.
d. Tekanan uap larutan akan turun.
e. Titik didih larutan >100°C.

41. Apa yang dimaksud dengan titik didih?
a. Suhu cairan pada saat 100°C.
b. Suhu pada saat uap cairan > tekanan uap padatnya.
c. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan permukaan.
d. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatnya.
e. Suhu pada saat tekanan uap cairan lebih besar dari tekanan permukaan.

42. Berikut ini yang tidak termasuk aplikasi sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari adalah…
a. Pencairan salju di jalan raya.
b. Pembuatan cairan infus.
c. Membuat campuran pendingin.
d. Desalinasi air laut.
e. Pembuatan es batu.

43. Tekanan uap jenuh air murni pada suhu 25°C adalah 30 mmHg. Pada suhu yang sama larutan urea 5 molal mempunyai tekanan uap sebesar…
a. 27, 522 mmHg
b. 32, 478 mmHg
c. 30 mmHg
d. 2, 478 mmHg
e. 2,6 mmHg

44. Suatu zat Z dengan Mr=150 gr/mol dilarutkan ke dalam 100 gram benzena meghasilkan kenaikan titik didih sebesar 0,54°C. Bila diketahui Kb benzena adalah 2,7°C/molal. Berapakah jumlah zat Z yang harus dilarutkan?
a. 2 gram
b. 3 gram
c. 4 gram
d. 5 gram
e. 6 gram
45. H3PO4 + H2O H2PO4- + H3O+
H2PO4- + H2O HPO42- + H3O+
HPO42- + H2O PO43- + H3O+
Berdasarkan reaksi di atas, maka yang merupakan asam konjugasi dari HPO42- adalah……………….
a. H3PO4
b. H2PO4-
c. PO43-
d. H3O+
e. H2O
46. Zat X dengan Mr= 75gr/mol dilarutkan dalam 90 gram air. Larutan ini mempunyai tekanan uap jenuh 28,85 mmHg. Pada suhu yang sama, tekanan uap air murni adalah 30 mmHg. Berapa banyak zat X yang harus dilarutkan?
a. 12,95 gram
b. 13 gram
c. 14,95 gram
d. 15,5 gram
e. 16 gram

47. Tentukan Mr gula jika 17,1 gram gula dilarutkan dalam 500 mL larutan yang mempunyai tekanan osmotik 2,46 atm pada suhu 27°C dan diketahui R= 0,082 Latm/mol K?
a. 342 gram/mol
b. 180 gram/mol
c. 18 gram/mol
d. 243 gram/mol
e. 300 gram/mol.

48. Pernyataan yang tidak sesuai untuk sel elektrolisis adalah…
a. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan katoda terjadi reaksi reduksi.
b. Katoda bermuatan negatif
c. Anoda bermuatan positif
d. Elektron mengalir dari katoda ke anoda.
e. Elektron mengalir dari anoda ke katoda.

49. Perbedaan antara unsur transisi dengan golongan utama adalah sebagai berikut, kecuali…
a. Semua unsur transisi tergolong logam
b. Membentuk berbagai macam ion kompleks
c. Membentuk senyawa-senyawa berwarna
d. Mempunyai satu oksida
e. Berdaya katalitik

50. Unsur yang mempunyai warna nyala merah adalah…
a. Lithium, Sesium dan Berilium
b. Lithium, Rubidium dan Stronsium
c. Natrium, Magnesium dan Stronsium
d. Rubidium, Kalsium, Natrium
e. Berilium, Magnesium dan Barium

51. Pernyataan berikut yang tidak benar tentang reaksi logam alkali adalah…
a. Dapat bereaksi dengan air membentuk basa dan gas hydrogen
b. Bereaksi dengan oksigen membentuk oksida, peroksida, dan superoksida
c. Bereaksi dengan halogen membentuk garam halida
d. Bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrida
e. Tidak dapat bereaksi dengan hidrogen

52. Nama senyawa kompleks K2 [Zn(CN)4]adalah…
a. Kalium tetrasianozinkat (II)
b. Dikalium tetrasianozinkat (II)
c. Tetrazinkat (II) kalium
d. Kalium zink (II) tetrasiano
e. Tetrasianozink kalium

53. Ferromagnetik adalah…
a. Unsur yang ditarik lemah oleh medan magnet
b. Unsur yang ditolak oleh medan magnet
c. Unsur yang ditarik kuat oleh medan magnet
d. Gaya tarik magnet terhadap besi yang mempunyai biloks +3
e. Gaya tarik magnet terhadap besi yang mempunyai biloks +2

54. a MnO4-(aq) + b H2C2O4(aq) + cH+(aq) 2Mn2+(aq) + 10CO2(g) + 8H2O(l)
nilai a,b,dan c adalah…
a. 1, 4, dan 2
b. 2, 3, dan 5
c. 2, 4, dan 5
d. 2, 5, dan 6
e. 2, 5, dan 4

55. Faktor yang tidak mempengaruhi kereaktifan suatu unsur adalah…
a. Jari-jari atom
b. Jumlah electron
c. Jumlah proton
d. Kelimpahan dari alam
e. Banyaknya kulit

56. Basa organik paling kuat dari senyawa-senyawa berikut adalah ….
a. Metilamina.
b. Etilamina.
c. N,N – Dietilamina.
d. Propilamina.
e. Amida.

57. Reduksi dari CH3CH2CH2CN menggunakan H2 / katalis atau LiAlH4 menghasilkan ….
a. Propena.
b. Propilamina.
c. Propana.
d. Amina.
e. Imina.

58. Senyawa CH3CH2COCl direaksikan dengan NH3. Hasil dari reaksi ini adalah ….
a. Etanol.
b. Propanol.
c. 1 – hidroksi – 1 kloropropana.
d. 1 – amin 2 – kloropropana,
e. Etilamida.
59. Suatu senyawa organik (X) mempunyai massa molekul relatif, Mr = 60 dan mengandung 60% berat C. Zat X bila dioksidasi akan menghasilkan asam karboksilat. Zat X adalah… (C=12)
a. asam etanoat
b. propanal
c. propanon
d. 1-propanol
e. 2-propanol
60. Yang merupakan molekul kiral adalah ….
a. 2 – butanol.
b. 2 – butanon.
c. butanal.
d. 2 – butenon.
e. 2 – butana.

Soal CSC2

Senyawa manakah dibawah ini mempunyai titik didih yang abnormal....
a. HBr
b. H2S
c. He
d. SbH3
e. HF

Bila Na (nomor atomnya = 11) membentuk Na+ maka susunan elektron terluarnya adalah …
a. 3s22p6
b. 2s22p5
c. 2s22p6
d. 3s12p6
e. 3s1

Diantara unsur-unsur di bawah ini yang paling mudah membentuk ion negatif adalah…
a. O
b. Cl
c. Ne
d. I
e. S

Dibawah ini yang termasuk unsur-unsur logam alkali adalah…
Lithium, natrium, kalium, rubidium, cesium, fransium
Hidrogen, Lithium, natrium, kalium, rubidium, cesium, fransium
Lithium, natrium, kalsium, rubidium, cesium, fransium
Lithium, natrium, kalium, radium, cesium, fransium,
Lithium, natrium, kalsium, radium, cesium, fransium

Argon mempunyai nomor atom 18. Ion berikut yang mempunyai konfigurasi electron [Ar] 3d6
adalah …
20Ca2+
22Ti2+
24Cr2+
25Mn2+
26Fe2+

Suatu unsur X dengan nomor atom 20 mempunyai jumlah orbital …
6
8
10
15
9

Ikatan yang terbentuk dari unsur unsur yang memiliki perbedaan keelektronegatifan besar disebut……
ikatan kovalen
ikatan ion
ikatan hidrogen
ikatan logam
ikatan nonlogam

Allotrop karbon adalah…
Intan ; grafit
grafit ; karbida
grafit ; karbon monoksida
Intan ; karbon monoksida
karbon dioksida ; karbon monoksida

Merkuri adalah logam yang tidak berkelakuan seperti logam transisi karena……
orbital d-nya penuh
merkuri dapat membentuk senyawa monovalen
merkuri dapat membentuk senyawa divalent
letaknya persis setelah logam transisi
merkuri adalah logam lunak

Unsur X dan Y berturut-turut mempunyai susunan elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 dan 1s2 2s2 2p5. Rumus molekul senyawa yang terbentuk bila X dan Y berikatan adalah:
X2Y
XY2
X3Y2
X2Y2
X2Y3

Diketahui X dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s1. Pernyataan yang benar mengenai unsur ini kecuali…
Kulit atom X ada 4
Tergolong logam
Mempunyai 6 elektron tunggal
Mempunyai 1 elektron valensi.
Nomor atomnya 25

Urutan sifat asam lewis unsur golongan III B dari yang paling kuat adalah…
Tl~In>Ga>Al>B
B>Al>Ga>In~Tl
Tl>In > Ga>Al>B
B>Al>Ga>In>Tl
B>Al>Ga>In

Urutan kereaktifan logam golongan alkali tanah dengan air (dimulai dari yang paling reaktif) adalah…
Ba>Sr>Ca>Mg>Be
Ba Ra BaMg>Be
Ba>Sr>Ca
Reaksi K, Rb, Cs dengan O2 akan membentuk….
K2O, Rb2O, Cs2O
KO2, RbO2, CsO2
KO, Rb2O, Cs2O
K2O, RbO, Cs2O
KO, RbO, CsO
Bilangan koordinasi Cl pada kristal CsCl dan NaCl berturut-turut adalah...
a. 8 dan 6
b. 6 dan 6
c. 6 dan 4
d. 4 dan 6
e. 8 dan 8

Senyawa berikut yang ikatannya mempunyai karakter ionik paling besar adalah:
CCl4
KCl
MgCl2
BaCl2
MnCl2

Perhatikan konfigurasi unsur berikut :
V : 1s2 2s2 2p6 3s2
W : 1s2 2s2 2p6 3s1
X : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p2
Y : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2
Z : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2
Pasangan unsur yang segolongan adalah :
V dan W
V dan Z
V dan X
W dan Y
V dan Y

Unsur-unsur periode ketiga dan keempat terdiri atas Na, Mg, Si, P, S, Cl, dan Ar. Berdasarkan konfigurasi elektronnya maka pernyataan yang bersesuain dengan unsur tersebut adalah…
Na, Mg, dan Al dapat berperan sebagai pengoksidasi
Na paling sukar bereaksi
P, S, dan l cenderung membentuk gas
D adalah logam
Energi ionisasi Ar paling besar

Pada PCl5, P memiliki 7 elektron valensi, geometri molekulnya adalah….
trigonal bipiramidal
tetrahedral
planar segiempat
octahedral
planar segilima

Ikatan kovelen koordinasi terdapat dalam molekul berikut, kecuali…
NH4+
H3NBF3
XeF4
Mn(OH)2
K3Fe(CN)6

Tentukan periode dan golongan unsur dengan konfigurasi
[Xe] 6s24f6
6 dan VIIA
4 dan VIIIB
4 dan IIIB
6 dan IIIB
6 dan VIIIB

Berapa volume dari larutan NaOH 0,55 M yang dibutuhkan untuk menetralkan 68,04 mL suatu larutan 0,26 M asam diprotik H2C2O4 ?
a. 16,08 mL
b. 32,17 mL
c. 35, 38 mL
d. 64,33 mL
e. 68,04 mL

Pada penentuan kenormalan NaOH dengan bahan baku asam oksalat, tahapan kerjanya ditunjukkan pada gambar di bawah ini :




Sebanyak 500 mg asam oksalat (Bst: 63) ditimbang dan dilarutkan. Kemudian dipipet ke erlenmeyer dan ditetesi indikator phenolphthalein. Selanjutnya dititrasi dengan 15,0 mL NaOH untuk mencapai titik akhir.
Jika konsentrasi NaOH ialah 0,1323 N, maka volume labu ukur dan pipet volume yang digunakan ialah…
a. 100 mL dan 10 mL
b. 250 mL dan 10 mL
c. 500 mL dan 10 mL
d. 100 mL dan 25 mL
e. 250 mL dan 25 mL

Suatu larutan asam lemah HClO dititrasi dengan basa kuat NaOH. Pada titrasi ini, indikator yang baik digunakan ialah…
a. Phenolpthalein
b. Metil Red
c. Brom Thimol Blue
d. Lakmus
e. Kanji

Suatu asam triprotik memiliki nilai konstanta ionisasi :
Ka1 = 7,4 . 10-3
Ka2 = 1,7 . 10-5
Ka3 = 4,0 . 10-7
Kurva titrasi dari asam ini ialah :

Berdasarkan kurva di atas, jumlah titik ekuivalen yang dapat teramati ialah…
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

Dibawah ini yang bukan merupakan syarat suatu larutan standar primer ialah…
a. kemurnian yang tinggi
b. rumus molekul yang pasti
c. tidak bersifat higroskopis
d. larutannya bersifat stabil
e. berat ekivalen (BE) yang rendah


Salah satu senyawa kompleks yang biasa digunakan untuk titrasi kompleksometri ialah EDTA. Kepanjangan dari EDTA ialah…
a. Ethylene diamine tetra acetic acid
b. Ethyl diamine tetra acetic acid
c. Ethyl diamino tetra acetic acid
d. Ethylene dinitro tetra acetic acid
e. Ethyl dinitro tetra acetic acid

Berikut adalah daftar harga konstanta kestabilan kompleks logam dengan EDTA (KMY)

Berdasarkan daftar tersebut, ion dibawah ini yang paling stabil ialah…
a. [Fe(EDTA)]3+
b. [Cr(EDTA)]3+
c. [Cu(EDTA)]2+
d. [Pb(EDTA)]2+
e. [Zn(EDTA)]2+

Pada penetapan kadar Kalsium dalam sampel batu kapur, Kation Ca2+ diendapkan dengan ammonium oksalat. Endapan tersebut dilarutkan dengan asam sulfat. Asam yang dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan kalium permanganat. Reaksi yang berlangsung pada pengerjaan ini sebagai berikut :
CaCO3 + 2HCl + (NH4)2C2O4 → A + 2NH4Cl + H2O + CO2
A + H2SO4 → B + CaSO4
5B + 2KMnO4 + 3H2SO4 → K2SO4 + 2C + 8H2O + 5CO2
Senyawa A, B, dan C pada reaksi di atas ialah…
a. CaC2O4, H2C2O4, MnSO4
b.H2C2O4, CaC2O4, MnSO4
c. CaCO2, H2CO2, MnO2
d.CaC2O4, H2C2O4, MnO2
e. CaCO2, H2CO2, MnSO4

Untuk pembuatan larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N sebanyak 500 mL, Hablur natrium tiosulfat yang harus ditimbang ialah… (Bst (bobot setara) Na2S2O3.5H2O = 248,1834)
a. 4,2857 gram
b. 6,2046 gram
c. 8,5482 gram
d. 10,7539 gram
e. 12,4092 gram

Pada reaksi antara 10 gram kalsium nitrat dan 40 gram natrium karbonat, massa total produk yang dihasilkan ialah… 16,5 gram
a. 4,13 gram
b. 8,25 gram
c. 16,50 gram
d. 33,00 gram
e. 66,00 gram

Bromin trifluorida bereaksi secara ekuivalen dengan titanium dioksida dengan reaksi :
3TiO2(s) + 4BrF3(l) → 3TiF4(s) + 2Br2(l) + 3O2(g)
Reaksi ini dapat digunakan untuk menganalisa kandungan TiO2 dalam sampel biji besi. Jika 3,55 gram sampel direaksikan dengan BrF3 dan membebaskan 0,261 gram Br2, maka kadar TiO2 dalam sampel ialah…
a. 2,56%
b. 5,51%
c. 11,02%
d. 22,04%
e. 44,08%

0,2618 gram sampel hanya mengandung campuran KBr dan KI. Sampel tersebut direaksikan dengan AgNO3 dan endapannya (AgBr dan AgI) dikeringkan dan ditimbang. Jika massa endapan ialah 0,3932 gram, maka Massa KBr dalam sampel ialah…
Mr KBr = 119,00 g/mol KI = 166,00 g/mol
Mr AgBr = 187,77 g/mol AgI = 234,77 g/mol
a. 0,1403 gram
b. 0,2806 gram
c. 0,5612 gram
d. 1,1224 gram
e. 2,1448 gram

Suatu sampel mengandung benzaldehida, C6H5CHO, direaksikan dengan CuCO3 pada temperatur tinggi.

Gas CO2 didestilasi, diabsorbsi pada padatan pendukung, dan padatan tersebut ditimbang. Massa mula-mula sampel ialah 0,24 gram, dan massa absorben meningkat dari 5,03 gram menjadi 5,0504 gram. Persentasi benzaldehida dalam sampel ialah…
a. 4,25%
b. 8,5%
c. 10,25%
d. 20,5%
e. 41,0%

Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 0,280 gram aluminium klorida, AlCl3, dalam air hingg volume larutan 100 mL. konsentrasi ion Al3+ dan Cl- dalam larutan tersebut ialah…
a. 0,021 M dan 0,021 M
b. 0,021 M dan 0,063 M
c. 0,063 M dan 0,021 M
d. 0,21 M dan 0,63 M
e. 0,63 M dan 0,21 M

Dengan menggunakan kurva kalibrasi dibawah ini, konsentrasi sampel dengan nilai absorbansi 0,45 adalah…

a. 0,0235 M
b. 0,0270 M
c. 0,0435 M
d. 0,0461 M
e. 0,0483 M

Suatu persediaan larutan CaCl2 tersedia untuk menyiapkan larutan dengan beberapa pengenceran. Berapa volume larutan CaCl2 2,0 M yang dibutuhkan untuk membuat 500 mL larutan CaCl2 0,0030 M?
a. 0,25 mL
b.0,50 mL
c. 0,75 mL
d.1,00 mL
e. 1,25 mL

Pada reaksi :
Ca(NO3)2 + Na2CO3 → CaCO3 + NaNO3
Jika 40 gram Na2CO3 direaksikan dengan 60 gram Ca(NO3)2, maka senyawa pembatas pada reaksi ini ialah…
a. Ca(NO3)2
b. Na2CO3
c. CaCO3
d. CaCO3 dan NaNO3
e. Ca(NO3)2 dan Na2CO3

Berikut ini yang merupakan ciri-ciri koloid adalah…………
Heterogen dan dapat disaring dengan kertas saring biasa
Heterogen dan tidak dapat disaring dengan dengan kertas saring biasa
Homogen dan dapat disaring dengan kertas saring biasa
Homogen dan hanya dapat disaring dengan kertas saring ultra
Homogen dan tak dapat disaring walaupun dengan kertas saring ultra

Larutan glukosa x m memiliki titik beku (Tf) sebesar -9,0112 oC dan larutan glukosa y m memiliki titik beku (Tf) sebesar -2,9926 oC. Sebanyak 5 L larutan glukosa x m dicampurkan dengan 2 L larutan glukosa y m. Ternyata titik didih (Tb) campuran ini sama dengan titik didih (Tb) NaCl yang dilarutkan dalam 89,3151 gram pelarut B yang memiliki titik beku pelarut murni sebesar 5,45 oC dan titik didih pelarut murni sebesar 80,2 oC. Jika diketahui titik beku pelarut murni air adalah 0 oC dan titik didih pelarut murni air adalah 100 oC serta dianggap volume padatan glukosa sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi volume larutan juga dianggap massa jenis air sebesar 0,9965 Kg/L pada suhu setelah pencampuran kedua larutan glukosa dan NaCl terionisasi sempurna, berapakah banyaknya padatan NaCl yang terlarut dalam pelarut B? (Kb air = 0,52 oC/m, Kf air = 1,86 oC/m, Kb B = 2,53 oC/m, Kf B = 5,07 oC/m, Mr NaCl = 58,5 gram/mol, Mr H2O = 18 gram/mol, Mr glukosa = 180 gram/mol, dan Mr B =78 gram/mol)
3,2 gram
16,6 gram
21,9 gram
22,6 gram
44,1 gram

Perhatikan daftar logam-logam di bawah ini :
I. Pt II. Stainless Steel
III. Pb IV. Sn
V. Cr VI. Fe
Di antara logam-logam di atas, mana yang tidak dapat mengalami korosi oleh air dan gas oksigen?
Hanya I
B Hanya II
Hanya IV
I dan II
I, II, dan III

Salah satu faktor untuk mempercepat laju reaksi adalah dengan memperlebar luas permukaan. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan katalis oleh salah satu industri. Untuk mendapatkan fungsi yang lebih efektif, suatu katalis (berbentuk bulatan) yang bervolume 6,0007 cm3 diperlebar luas permukaannya dengan dihancurkan hingga masing-masingnya bervolume 0,2609 mm3. Berapakah luas permukaan total partikel katalis yang telah dihancurkan tersebut?
454,068 cm
23000 cm
720,79 cm
3,1339 cm
43,478 cm

Suatu buffer asetat yang tersusun atas senyawa CH3COOH dan CH3COONa memiliki pH sebesar 6. Ketika sejumlah 5 mol NaOH ditambahkan ke dalam larutan buffer tersebut, pH larutan buffer naik menjadi 6,0772. Berapakah jumlah mol mula-mula dari CH3COOH yang terkandung dalam larutan buffer tersebut jika diketahui Ka CH3COOH = 2 x 10-5?
21 mol
32 mol
42 mol
210 mol
645 mo













Dari diagram energi pembentukan HI di atas, secara tidak langsung kita dapat memperoleh data tentang energi aktivasi penguraian HI yaitu sebesar …………
c
c-a
d
d-a
d-c

Dalam ruang 1 Liter terdapat kesetimbangan :
2SO3(g) 2SO2(g) + O2(g)
Semula terdapat 5 mol SO3. Setelah kesetimbangan tercapai, perbandingan jumlah mol SO3¬ terhadap SO2 adalah 3 : 7. Tetapan kesetimbangan konsentrasi adalah :
35
1,75
9,5
0,1
0,6

Berikut ini yang tidak mempengaruhi nilai tetapan kesetimbangan kimia adalah..........
Tekanan
Volume
Katalisator
Konsentrasi zat pereaksi
Sifat pereaksi

Yang dimaksud dengan entropi adalah.......
Nilai yang menyatakan energi yang dibutuhkan oleh suatu padatan ionik untuk mengurai menjadi ion-ionnya dalam bentuk gas
Nilai yang menyatakan energi total yang terkandung dalam suatu sistem yang ditimbulkan oleh atom-atom atau molekul-molekul yang bergerak secara terus-menerus
Nilai yang menyatakan kesempurnaan pembentukan Kristal
Nilai yang menyatakan derajat keteraturan suatu sistem
Nilai yang menyatakan derajat ketidakteraturan suatu system

Berapakah besarnya perubahan entalpi perubahan entalpi pada reaksi :
C2H4 + HCl  C2H5Cl
Jika diketahui energi rata-rata :
C=C = 614 kJ/mol
C-C = 348 kJ/mol
C-H = 413 kJ/mol
C-Cl = 328 kJ/mol
H-Cl = 431 kJ/mol
-175 kJ/mol
-44 kJ/mol
+44 kJ/mol
+175 kJ/mol
+475 kJ/mol

Berapakah perubahan entalpi penyubliman 1 mol C (C(s)  C(g)) jika diketahui entalpi pembentukan gas CH4 adalah -74,8 kJ/mol, energi ikatan rata-rata C-H adalah 413 kJ/mol, dan energi ikatan H-H adalah 435 kJ/mol?
807,2 kJ
707,2 kJ
-707,2 kJ
607,2 kJ
-607,2 kJ

Jika suatu leburan Na2SO4 dielektrolisis dengan menggunakan katoda Ni dan anoda Cd, maka reaksi elektrolisisnya adalah...
NiSO4 + Cd  Ni + CdSO4
Na2SO4 + Cd  2Na + CdSO4
Na2SO4  2Na + S + 2O2
2Na2SO4 + 2H2O  2H2SO4 + 4Na + O2
2Na2SO4 + 6H2O  4NaOH + 2H2SO4 + 2H2 + O2

Ke dalam larutan NiSO4 dialirkan arus 13 Ampere selama 13 menit. Tentukan massa gas oksigen yang dihasilkan di anode jika diukur pada keadaan standar! (Mr O2 = 32 gram/mol)
0,0140 gram
1,3450 gram
1,6812 gram
5,0437 gram
0,8406 gram

Lapisan email gigi mengandung senyawa kalsium hidroksiapatit yang memiliki reaksi kesetimbangan sebagai berikut :
Ca5(PO4)3OH(s) 5Ca2+(aq) + 3PO3-(aq) + OH-(aq)
Pada gigi orang dewasa, mula-mula terdapat x mol kalsium hidroksiapatit, y mol Ca2+, z mol PO43-, dan a mol OH- pada kesetimbangan mula-mula. Tetapi akibat aktivitas bakteri, kesetimbangan ini terganggu hingga kalsium hidroksiapatit terionisasi (terdemineralisasi) sebanyak 40% untuk mencapai keadaan kesetimbangannya barunya. Maka tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) pada keadaan akhir ini jika dianggap kalsium hidroksiapatit yang terionisasi itu terlarut dalam air liur yang bervolume 10 mL adalah................................
1016 x ((y+2x)^5 (z+1,2x)^3 (a+0,4x))/0,6x
((y+2x)^5 (z+1,2x)^3 (a+0,4x))/0,6x
1018(y+2x)5(z+1,2x)3(a+0,4x)
1018(y-2x)5(z-1,2x)3(a-0,4x)
1016x ((y-2x)^5 (z-1,2x)^3 (a-0,4x))/0,6x

Sebelum anilin terbentuk, nitrobenzen direduksi oleh hidrogen yang berasal dari reaksi timah dengan asam klorida pekat, menghasilkan...
Garam anilinium klorida
Garam diazonium klorida
Garam amonium klorida
Toluen
Tidak ada jawaban yang benar

Hasil reaksi antara CH3-O-CH2-CH3 + PCl5 adalah….
CH3Cl + CH3CH2Cl + POCl3
POCH2CH3 + CH3Cl + 2Cl2
POCH3 + CH3CH2Cl + 2Cl2
a dan b benar
tidak bereaksi



Reaksi diatas adalah reaksi...
Sulfonasi
Alkilasi
Nitrasi
Halogenasi
Tidak ada jawaban yang benar

Pernyataan yang tidak sesuai untuk sel volta adalah…
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan katoda terjadi reaksi reduksi.
Katoda bermuatan positif.
Anoda bermuatan negatif.
Elektron mengalir dari katoda ke anoda.
Elektron mengalir dari anoda ke katoda.

Ditentukan 2 elektrode sebagai berikut:
Ag+(aq) + e Ag(s) E°= 0,80 V
Na+(aq) + e Na(s) E°= -2,71 V
pernyatan berikut sesuai untuk susunan elektroda di atas, kecuali…
Na sebagai anoda.
Ag sebagai katoda.
E° sel = 3,51 V
E° katoda= 0,80 V
E° anoda = 2,71 V

Dik E° Na, Zn, Ag, dan Au sebagai berikut:
Na+(aq) + e Na(s) E°= -2, 71 V
Zn2+(aq) + 2e Zn (s) E°= -0, 76 V
Ag+(aq) + e Ag (s) E°= 0, 8 V
Au3+(aq) + 3e Au (s) E°= 1,52 V
pasangan elektroda yang tidak mungkin terbentuk adalah…
Na sebagai anoda dan Ag sebagai katoda.
Na sebagai katoda dan Ag sebagai anoda.
Zn sebagai anoda dan Ag sebagai katoda.
Zn sebagai katoda dan Na sebagai anoda.
Zn sebagai anoda dan Au sebagai katoda

Yang bukan merupakan hasil reaksi asam karboksilat adalah ….
Asetamida.
Eter.
Ester.
Anhidrida asam.
Asil halida.














Hasil dari reaksi oksidasi di atas adalah ….
n – heksanol.
Sikloheksanol.
Sikloheksanon.
Sikloheksana.
Heksana.

Soal CSC1

Sebanyak 11,16 gram anilin (10,9368 mL) direaksikan dengan asam klorida berlebih menghasilkan anilin klorida dan gas hidrogen. Jika Ar C = 12 gram/mol, Ar H = 1 gram/mol, Ar N = 14 gram/mol, dan Ar Cl = 35,5 gram/mol, berapakah volume gas hidrogen pada keadaan standar?
Jawab : 2,688 L atau 2688 mL
Sebanyak 12,3 gram asam asetat (18,6336 mL) dan 5,92 gram n-butanol (7,5472 mL) direaksikan dan ternyata membentuk reaksi kesetimbangan. Jika ternyata masih tersisa 0,02 mol n-butanol pada keadaan setimbang, maka tentukan pereaksi pembatasnya dan berapakah nilai tetapan kesetimbangan konsentrasinya? (Ar C = 12 gram/mol, Ar O = 16 gram/mol, dan Ar H = 1 gram/mol)
Jawab : Pereaksi pembatas : n-butanol dan Kc = 1,44 atau 36/25
Sebanyak 142,8 gram propena direaksikan dengan asam halida berlebih menghasilkan 577,66 gram senyawa propil halida. Jika Ar C = 12 gram/mol dan Ar H = 1 gram/mol, berapakah massa atom relatif dari atom halida tersebut?
Jawab : 126,9 gram/mol
Untuk reaksi A + B  C diperoleh data :
[A] [B] Laju Reaksi (mol L-1 menit-1)
3x 2y z
3x 32y 4z
6x 9y 12z
Berapakah harga tetapan laju reaksi, k, untuk reaksi di atas?
Jawab : k= z/√(486x^5 y)
Suatu zat organik tersusun dari 40 % C, 6,67 % H, dan 53,33 % O. Jika 27 gram zat itu dilarutkan dalam 120 gram air. Jika Kf = 1,86 oC/m dan larutan membeku pada suhu -2,325 oC, maka rumus molekul zat organik tersebut adalah……….
Jawab : C6H12O6
Reaksi antara A dan B adalah reaksi berorde 2/3 terhadap A dan berorde 1/2 terhadap B. jika konsentrasi pereaksi A dijadikan 2 kali konsentrasi semula dan konsentrasi pereaksi B dijadikan 9/2 kali konsentrasi semula, maka laju reaksinya dibandingkan dengan laju semula menjadi…………………………..
Jawab : 6 kali
Seorang mahasiswa mengelektrolisis larutan Cu(NO3)2 pada ruangan tertutup (tidak terjadi pertukaran materi dengan lingkungan luar) dengan menggunakan elektroda inert. Proses elektrolisis itu berlangsung selama 4 jam dengan arus 10 A (1 F= 96500 C). Jika sejumlah gas O2 dibebaskan ke udara dari proses elektrolisis ini sehingga konsentrasi gas O2 di udara bertambah dari 20,21%(b/b) menjadi 20,32%(b/b), maka massa total udara mula-mula sebelum elektrolisis adalah…………….(Anggap mahasiswa tidak melakukan respirasi, Ar Cu=63,5, Ar N=14, Ar O=16, Ar H=1)
Jawab : 8700 gram
Pada reaksi kesetimbangan 2NH3 N2 + 3H2. Jika Kp adalah tetapan kesetimbangan tekanan, ά adalah derajat disosiasi NH3, dan tekanan total = 1 atm, maka persamaan yang benar untuk menghubungkan Kp dan ά untuk reaksi kesetimbangan adalah........................................
Kp = (27α^4)/(16-32α^2+16α^4 )
Ke dalam bejana 1 L dimasukkan a mol CO dan 2a mol uap air. Jika terjadi kesetimbangan CO + H2O CO2 + H2 ternyata ada ¾ a mol CO2. Maka tetapan kesetimbangan, Kc bagi reaksi ini adalah……………………………..
Jawab : 9/5
Pada reaksi kesetimbangan dari : CO + H2O CO2 + H2, harga Kc = 1,00. Untuk menghasilkan 4 mol H2 per liter dari 6 mol H2O per liter, jumlah gas CO yang ditambahkan adalah…………………………………………
Jawab : 12 mol/L
PCl5 dapat terdekomposisi menjadi PCl3 dan dan Cl2 membentuk reaksi kesetimbangan PCl5 PCl3 + Cl2. Jika pada suhu 250 oC harga Kp untuk reaksi tersebut adalah 6,75 dan PCl5 terdisosiasi sebanyak 20 %, maka tekanan total sistem adalah………………….
Jawab : 162 atm
Diketahui reaksi kesetimbangan 2HI H2 + I2. Jika 0,1 mol gas HI dimasukkan ke dalam wadah sebesar 1 Liter dan dipanaskan pada suhu 100 oC terbentuk 0,02 mol gas I2. Pada keadaan setimbang, derajat disosiasinya adalah……………..
Jawab : 0,4 atau 40 %
Untuk membuat larutan penyangga yang mempunyai pH = 4, ke dalam 100 mL larutan CH3COOH 0,5 M (Ka = 10-5) harus ditambahkan larutan CH3COONa 0,5 M sebanyak…………………
Jawab : 10 mL
Larutan CH3COOH 0,2 M sebanyak 400 mL direaksikan dengan 100 mL larutan Ba(OH)2 0,2 M. Jika Ka CH3COOH = 2 x 10-5, pH setelah bereaksi adalah :
Jawab : 5- log 2
Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-11. Jika pH larutan MgCl2 adalah 2 x 10-3 M dinaikkan, akan mulai terjadi endapan pada pH………………………………..
Jawab : 10
Kemolalan NaCl 20,12 % (b/b) dalam air yang memiliki massa atom relatif sama dengan 58,5 gram/mol adalah………………….
Jawab : 3,4393 m
Diketahui 500 mg AgBrO3 padat terdapat dalam 100 mL larutan KBrO3 0,1 M. Jika larutan tersebut diencerkan menjadi 1 L dan Ksp AgBrO3 = 6 x 10-5, konsentrasi ion Ag+ adalah…………………
Jawab : 8 x 10-2 mol/L

MIKROBA GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF

LAPORAN
STUDI LITERATUR KIMIA




MIKROBA GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF





NAMA : SUHENDRA ISKANDAR

NIM : H311 08 266

HARI/TGL PELAKSANAAN : SELASA/ 22 MARET 2011












BIOTEKNOLOGI DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Gram Positif dan Negatif

Gambar 1. Bakteri gram positif

Bakteri gram positif Bacillus anthracis (batang ungu) pada cairan serebrospinal. Sel yang lain adalah sel darah putih. Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop.
Disisi lain, bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri.
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Di sisi lain, bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.

Berikut ini adalah karakteristik dari bakteri Gram positif dan negatif :
Tabel 1. Karakteristik bakteri gram positif dan negatif
Karakteristik Gram positif Gram negatif
Dinding sel Homogen dan tebal (20-80 nm0 serta sebagian besar tersusun dari peptidoglikan. Polisakarida lain dan asam teikoat dapat ikut menyusun dinding sel. Peptidoglikan (2-7 nm) di antara membran dam dan luar, serta adanya membran luar (7-8 nm tebalnya) yang terdii dari lipid, protein, dan lipopolisakarida
Bentuk sel Bulat, batang atau filament Bulat, oval, batang lurus atau melingkar seprti tand koma, heliks atau filamen; beberapa mempunyai selubung atau kapsul
Reproduksi Pembelahan biner Pembelahan biner, kadang-kadang pertunasan
Metabolisme kemoorganoheterotrof Fototrof, kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof
Motilitas Kebanyakan nonmotil, bila motil tipe flagelanya adalah petritrikus (petritrichous) Motil atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-polar,lopotrikus (lophtrichous), petritrikus (petritrichous).
Anggota tubuh (apendase) Biasanya tidak memiliki apendase Dapat memiliki pili, fimbriae, tangkai
Endospora Beberapa grup dapat membentuk endspora Tidak dapat membentuk endospora

Peptidoglikan
• Peptidoglikan (murein) adalah komponen utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku dan bertanggung jawab untuk menjaga integritas sel serta menentukan bentuknya.
• Protoplas adalah sel yang telah dihilangkan dinding selnya dan karena suatu sel hidup di lingkungan hipotonis (lebih encer dibanding sitoplasma sel) maka kecenderungannya air akan masuk ke dalam sel sehingga protoplas yang tidak memiliki perlindungan dinding sel akan pecah.
• Peptdoglikan adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam amino l-alanin, d-alanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin atau asam diaminopimelik (DAP).
• DAP adalah asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot.
Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2. Skema dinding sel bakteri gram positif
Klasifikasi
Berikut ini adalah klasifikasi dari bakteri gram positif :

Gambar 3. Klasifikasi bakteri gram positif
Penyakit
Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan bakteri gram positif dan negatif :
Tabel 2. Daftar penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri gram positif dan negatif
Gram Genus Penyakit
Gram positif Staphylococcus
Streptococcus
Enterococcus
Listeria
Bacillus
Clostridium
Mycobacterium
Propionibacterium
Mycoplasma
impetigo, keracunan makanan, bronchitis
pneumonia/radang paru, meningitis, karies gigi
enteritis
listeriosis
anthrax
tetanus, botulisme
difteri
tuberkulosis
jerawat
pneumonia

Gram negatif Salmonella
Escherichia
Shigella
Neisseria
Bordetella
Legionella
Pseudomonas
Vibrio
Campylobacter
Helicobacter
Haemophilus
Treponema
Chlamydia
salmonelosis
gastroenteritis/radang saluran cerna
disentri
meningitis, gonorea
batuk rejan
legionnaires' disease
infeksi luka bakar
kolera
gastroenteritis
tukak lambung
bronkitis, pneumonia
sifilis
pneumonia, uretritis, trakoma




AKTIVITAS METABOLISME MIKROBA

MAKALAH BIOTEKNOLOGI




AKTIVITAS METABOLISME MIKROBA




KELOMPOK 4
SUHENDRA ISKANDAR (H311 08 266)
FEROSDIANA PAGA (H311 06 501)
ASBULLAH AHMAD (H311 08 261)
FADLIAH (H311 08 264)
MEITY JOLANDA KAROMA (H311 08 262)
PUTRI SEPTIA ANDINI (H311 08 265)
DEWIANTI POPANG P. (H311 08 270)










JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………2
A. KEBUTUHAN ENERGI BAGI MIKROBA…………………………………………2
B. KETERATURAN DAN PEMECAHAN KARBOHIDRAT………………………..13
C. METABOLIT PRIMER DAN SEKUNDER………………………………………..21
BAB IV. PENUTUP……………………………………………………………………..31
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………32

BAB I
PENDAHULUAN

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata telanjang. Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop.
Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia (pertumbuhan dan perbanyakan) dengan menggunakan raw material (nutrisi) yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Transformasi biokimia dapat timbul didalam dan diluar dari bakteri yang diatur oleh katalis biologis yang dikenal sebagai enzim. Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri. pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme mikroorganisme yang diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu dilakukan pula pengamatan pada molekul-molekul sederhana seperti asam amino dan monosakarida. Dan hasil dari berbagai uji ini digunakan untuk perincian dan identifikasi mikroorganisme. Penggunaan zat hara tergantung dari aktivitas metabolisme mikroba. Metabolisme seringkali menghasilkan hasil sampingan yang dapat digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. Pengamatan aktivitas metabolisme diketahui dari kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks seperti zat pati, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu pengamatan juga dilakukan pada molekul yang sederhana seperti amino dan monosakarida.
Mikroba terdapat dimana-mana dalam alam. Mikroba dapat ditemui mulai dari dasar lautan yang paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi. Mikroba ada yang hidup dalam air dingin, juga ada yang tahan hidup dalam air panas pada suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250 derajat Celcius. (extremophilic).
Mikroba menjadi salah satu tumpuan pengembangan bioteknologi. Beberapa aspek dari mikroba menjadi sumber ketakutan. HIV, SARS, flu burung, antraks merupakan topik-topik yang menimbulkan ketakutan luar biasa bagi manusia, tetapi melalui riset dan teknologi mampu mendatangkan dana.






























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBUTUHAN ENERGI BAGI MIKROBA
Untuk pertumbuhannya, mikroorganisme membutuhkan senyawa-senyawa nutritif yang digunakan untuk sintesa komponen sel dan untuk menghasilkan energi. Untuk menghasilkan komponen sel tersebut dan energi dalam bentuk ATP maka dibutuhkan sumber seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan beberapa jenis mineral (Djide dkk., 2007).
Di dalam tubuh mikroorganisme terjadi proses metabolisme yaitu suatu proses perubahan senyawa yang satu menjadi senyawa lain. Proses metabolisme mencakup semua reaksi kimia dan biologi yang terjadi di dalam sel mikroorganisme. Metabolisme mikroorganisme dikenal dua proses, yaitu (Djide dkk., 2007) :
1. Proses katabolisme di mana terjadi pembentukan energi.
2. Proses anabolisme di mana dibutuhkan energi.
Oleh karena itu, di dalam sel mikroorganisme terjadi dua proses utama, yaitu:
1. Produksi energi dari berbagai substrat yang tersedia.
2. Pembentukan intermediet yang dibutuhkan untuk produksi biokimia dan komponen sel lainnya.
Nutrien dibutuhkan oleh mikroba sebagai sumber energi. Energi tersebut diperoleh dari nutrien melalui proses katabolisme. Katabolisme dapat terjadi melalui dua cara, yakni secara aerob dan anaerob. Katabolisme nutrien secara aerob memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien untuk memperoleh energi. Sementara, katabolisme anaerob tidak memerlukan oksigen bebas. Energi dipergunakan oleh mikroba layaknya makhluk hidup lain yaitu tumbuh, berkembang, bergerak, bereproduksi, dan lain-lain (Fitria, 2009).
Nutrien utama yang menjadi sumber energi utama bagi mikroba adalah karbohidrat. Tiap mikroorganisme memecah karbohidrat menjadi bentuk yang berbeda-beda secara anaerob ataupun aerob. Beberapa contoh hasil pemecahan karbohidrat oleh mikroorganisme antara lain (Djide dkk., 2007):
1. Secara Anaerob










2. Secara Aerob


Di samping untuk menghasilkan energi, pemecahan karbohidrat juga bertujuan untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder (Djide dkk., 2007).
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula (Rao, 1994).
Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain. Apabila dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 % terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan, polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain (Lunggani, 2007).
Tabel 1. Persentasi berat kering unsur-unsur

Susunan unsur-unsur penyusun sel bakteri E. coli
Seperti halnya makhluk hidup lainnya, mikroba memerlukan energi untuk kelangsungan hidupnya. Energi diperlukan oleh mikroba untuk berbagai kegiatan, yaitu (Rao, 1994) :
1. Mempertahankan kehidupan sel.
2. Pertumbuhan dan perkembangbiakan sel.
3. Pergerakan pada mikroba yang bersifat motil (dapat bergerak).
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen yang lain (Rao, 1994).
Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion (Machmud, 2008).
Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen (Machmud, 2008).
1. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.
2. Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.
3. Sumber karbon
Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.
4. Sumber aseptor elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4-, CO2, dan Fe3+.
5. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose, kadar ion H+(kemasaman, pH), dan potensial oksidasi-reduksi (redox potential) medium.
6. Faktor tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.
7. Sumber nitrogen
Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
Berdasarkan sumber energi yang digunakan, mikroba dapat dibedakan atas dua grup, yaitu (Winarno dan Faedianz, 1990):
1. Organisme fototrof, yaitu organisme yang menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan energi. Berdasarkan sumber karbon yang digunakan, organisme fototrof dibedakan lagi sebagai berikut:
Tabel 2. Perbedaan organisme fotoautotrof dan fotoheterotrof
Organisme Sumber Sumber Contoh
Fotoototrof
Fotoheterotrof Matahari
Matahari CO2
Senyawa Organik Tanaman, ganggang
Tanaman, ganggang biru-hijau

2. Organisme kimotrof, yaitu organisme yang menggunakan senyawa kimia untuk menghasilkan energi. Berdasarkan sumber karbon yang digunakan, organisme kimotrof dapat dibedakan lagi sebagai berikut:
Tabel 3. Perbedaan organisme kimotrof dan kimoheterotrof
Organisme Sumber Sumber Contoh
Kimoototrof
Kimoheterotrof Matahari
Senyawa kimia CO2
Senyawa organik Bakteri litotrof
Hewan, protozoa, fungi, bakteri

Organisme fotoheterotrof mungkin bersifat obligat atau fakultatif, tergantung pada persediaan sumber energi. Organisme fotoheterotrof obligat hidupnya sangat tergantung pada sumber energi dari sinar matahari, sedangkan yang bersifat fakultatif, jika sumbr energi dari matahari sangat berkurang, misalnya dalam keadaan gelap, organisme tersebut dapat berubah sifatnya menjadi kimoheterotrof. Demikian pula organisme kimoototrof, ada yang bersifat obligat atau fakultatif. Organisme kimoototrof obligat hidupnya sangat tergantung pada adanya sumber CO2, sedangkan yang bersifat fakultatif jika sumber CO2 sangat kurang, organisme tersebut akan berubah sifatnya menjadi kimoheterotrof (Winarno dan Faedianz, 1990).
Semua reaksi yang menghasilkan energi pad bakteri yang bersifat kimotrofik merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu pemindahan atom hidrogen atau elektron dari satu senyawa ke senyawa lainnya. Untuk dapat digunakan sebagai sumber energi, harus terjadi reaksi oksidasi reduksi dimana diperlukan persediaan suatu oksigen dan reduktan dalam jumlah berlebih. Oksidasi adalah pelepasan elektron dari suatu atom atu molekul yang bertindak sebagai donor hidrogen yang disebut reduktan, sedangkan reduksi adalah penambahan elektron pada suatu aseptor hidrogen yang disebut oksidan (Winarno dan Faedianz, 2007).
Oksidan : AH2 A + 2H
Reduksi : B + 2H BH2
Hasil kedua reaksi tersebut menunjukkan oksidasi senyawa AH2 oleh senyawa B sebagai berikut (Winarno dan Faedianz, 1990):
AH2 + B BH2 + A
Dalam hal ini AH2 adalah suatu reduktan, sedangkan senyawa B adalah oksidan. Senyawa yang dapat berfungsi sebagai oksidan atau reduktan mungkin berupa senyawa organik atau anorganik. Berdasarkan jenis senyawa yang digunakan sebagai oksidan atau reduktan, maka reaksi oksidasi yang menghasilkan energi pada mikroba dapat dibedakan sebagai berikut (Winarno dan Faedianz, 1990):
Tabel 4. Perbedaan organisme litotrofik dan organotrofik
Donor elektron Anorganik Akseptor elektron rganik
Anorganik (litotrofik) Respirasi Tidak terjadi
Organik (organotrofik) Respirasi Fermentasi

Organisme litotrof atau kimolitotrof, termasuk di antaranya beberapa jenis bakteri, adalah organisme yang memperoleh energi melalui oksidasi suatu reduktan anorganik, misalnya sulfur atau amonia. Organisme litotrof pada umumnya bersifat ototrof, yaitu mendapatkan sumber karbon dari CO2. Organisme yang tergolong organotrof mengoksidasi donor hidrogen yang berupa senyawa organik contohnya pada hewan, fungi dan kebanyakan bakteri. Jadi istilah litotrofik dan organotrofik menunjukkan perbedaan dalam donor elektronnya (Fardianz, 1992).
Cara Mikroba Memperoleh Energi
Selama ini telah dikenal beberapa macam cara metabolisme oleh mikroba untuk mendapatkan energi, misalnya dengan cara respirasi aerobik atau anaerobik, fotosintesa dan fermentasi (Fardianz, 1992).
1. Respirasi
Sel-sel yang melakukan respirasi pada umumnya mengandung enzim oksidase dan oleh karena itu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan oksigen (O2) sebagai aseptor elektron terakhir. Molekul O2 merupakan substrat yang baik untuk direduksi pada muatan yang sangat positif (E0 = + 0,82 volt) dan tersedia dalam jumlah yang banyak di udara. Dengan demikian sel yang menjalankan respirasi dapat lebih efisien mengubah substrat menjadi energi bila dibandingkan dengan sel-sel yang melakukan fermentasi (Fardianz, 1992).
Elektron – elektron di dalam sistem respirasi ini berasal dari DPNH+H+ , yaitu hasil oksidasi dari substrat. Pasangan elektron ini dalam bentuk DPNH+H+ diubah melalui flavoprotein atau FAD dan citochroma menjadi energi dalam bentuk ATP (adenosin-ribosa-triphosphat) sebagai berikut (Fardianz, 1992):

Gambar 1. flavoprotein atau FAD dan citochroma menjadi energi dalam bentuk ATP
Pada umumnya respirasi selalu menggunakan oksigen (respirasi aerobik), tetapi beberapa sel dapat pula melakukan respirasi tanpa menggunakan oksigen dari luar tetapi menggunakan bahan anorganik yang ada di dalam substrat. Bahan-bahan anorganik ini bertindak sebagai aseptor elektron terakhir. Respirasi semacam ini disebut respirasi anaerobik seperti terlihat pada skema berikut ini (Fardianz, 1992):

Senyawa-senyawa anorganik yang dapat digunakan sebagai aseptor elektron adalah nitrat, sulfat atau CO2. Respirasi dibagi menjadi dua yaitu (Fardianz, 1992):
1. Respirasi Aerobik
Pada respirasi aerobik, oksigen bertindak sebagai akseptor hidrogen, dan reaksi oksigen dengan hydrogen akan membentuk air. Dengan kata lain, respirasi aerobic adalah reaksi oksidasi substrat menjadi CO2 dan air, membentuk energi dalam bentuk ATP. Transpor atom hydrogen dari substrat ke oksigen berlangsung melalui sitokroma. Pigmen – pigmen tersebut melakukan reaksi oksidasi – oksidasi, dimana sitokroma yang terakhir akan dioksidasi oleh oksigen membentuk air. Energi yang dikeluarkan dari reaksi hidrogen dan oksigen digunakan untuk membentuk ATP. Untuk setiap pasang atom Hidrogen yang teroksidasi akan terbentuk 3 molekul ATP. Berikut ini adalah skema proses respirasi pada organisme organotrof :



substrat reaksi – reaksi
pendahuluan







2. Respirasi Anaerobik
Beberapa bakteri tidak menggunakan oksigen sebagai oksidan, tetapi menggunakan senyawa anorganik seperti sulfat dan nitrat. Proses demikian disebut respirasi anaerobic. Sebagai contoh, bakteri dari jenis Desulfovibrio melakukan oksidasi senyawa organic menggunakan sulfat sebagai oksidan, dimana sulfat akan mengalami reduksi menjadi sulfide. Bakteri dari jenis tersebut tidak dapat menggunakan oksigen sebagai aseptor electron.

2. Fermentasi
Fermentasi merupakan teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroba secara efektif yang bersifat menguntungkan manusia. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat pemecahan komponen-komponen bahan tersebut. Jika cara pengawetan yang lain ditujukan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi adalah sebaliknya yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya. Tetapi jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki (Winarno et al., 1980). Hasil fermentasi tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam mikroba dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. Mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan turunan-turunannya menjadi alkohol, asam CO2. Mikroba proteolik dapat memecah protein dan komponen-komponen nitrogen lainnya sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak diinginkan sedangkan mikroba lipolitik akan memecah atau menghidrolisis lemak, fosfolipida dan turunannya dengan menghasilkan bau tengik (Winarno dan Fardianz, 1990).
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dimana sebagai donor dan aseptor elektron digunakan senyawa organik. Senyawa organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi sutu bentuk lain misalnya aldehida, dan dapat dioksidasi menjadi asam (Winarno dan Fardianz, 1990).
Sel-sel yang melakukan fermentasi mempunyai enzim-enzim yang akan mengubah hasil dari reaksi oksidasi, dalam hal ini adalah asam, menjadi suatu senyawa yang mempunyai muatan lebih positif sehingga dapat menangkap elektron atau bertindak sebagai aseptor elektron terakhir dan menghasilkan energi. Secara lebih jelas reaksi tersebut dapat diterangkan melalui skema sebagai berikut (Fardianz, 1992) :

Di dalam proses fermentasi, kapasitas mikroba untuk mengoksidasi tergantung dari jumlah aseptor elektron terakhir yang dapat dipakai. Secara lebih singkat skema proses fermentasi adalah sebagai berikut (Fardianz, 1992) :




3. Metabolisme Litotropik atau Autotropik
Bila pada respirasi anaerobik senyawa-senyawa anorganik dapat digunakan sebagai aseptor elektron, maka beberapa bakteri tertentu dapat menggunakan senyawa-senyawa anorganik sebagai donor elektron. Metabolisme semacam ini disebut metabolisme litotropik atau autotropik, sedangkan metabolisme yang menggunakan senyawa organik sebagai donor elektron disebut metabolisme organotropik (Winarno dan Faedianz, 1990).
Senyawa-senyawa anorganik yang dapat digunakan oleh bakteri litotropik sebagai donor elektron misalnya senyawa nitrogen tereduksi (nitrit, amonia). Bakteri-bakteri ini biasanya menggunakan CO2 sebagai sumber utama dari karbon (Winarno dan Faedianz, 1990).
Bakteri hidrogen akan mengoksidasi molekul hidrogen sebagai berikut (Djide dkk. 2007) :
2H2 + O2 2H2O
“Nitrifying bacteria” terdiri dari dua jenis yaitu Nitrosomonas sp. yang mengoksidasi amonia menjadi nitrit, dan Nitrobacter sp. yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat sebagai berikut (Djide dkk. 2007) :

Bakteri sulfur yang tidak berwarna misalnya Thiobacillus sp. dapat mengoksidasi beberapa senyawa yang mengandung sulfur misalnya (Djide dkk. 2007) :

Bakteri sulfur yang lainnya misalnya Beggiatoa sp. dan Thiothrix sp. dapat menyimpan sulfur di dalam selnya, sebagai hasil oksidasi dari H2S. Jika persediaan H2S habis maka sulfur persediaan tersebut akan digunakan untuk metabolisme dan dioksidasi menjadi sulfat (Djide dkk. 2007).
Bakteri besi termasuk Ferrobacillus sp. dapat mengoksidasi besi ferro menjadi ferri sebagai berikut (Djide dkk. 2007) :
4Fe2+ + 4H+ +O2 4Fe3+ + 2H2O

B. KETERATURAN DAN PEMECAHAN KARBOHIDRAT
Pada umumnya pemecahan karbohidrat berlangsung melalui suatu degradasi dari gula monosakarida yaitu glukosa menjadi asam piruvat. Pemecahan glukosa menjadi asam piruvat dapat melalui dua cara yaitu sistem heksosa diphosphat (HDP) dan heksosa monophosphat (HMP) (Fitria, 2007).
Pada umumnya mikroba hanya dapat menjalankan salah satu sistem, akan tetapi beberapa mikroba tertentu dapat melakukan kedua sistem pemecahan gula tersebut. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba yaitu dengan cara melihat hasil-hasil dari pemecahan glukosa (Fitria, 2007).
Secara singkat rumus glukosa dapat dituliskan sebagai berikut (Fitria, 2007):

Heksosa Diphosphat (HDP)
Tahap pertama dari pemecahan glukosa secara sistem heksosa diphosphat (HDP) adalah phosphorilasi glukosa, yaitu pemindahan ikatan phosphat yang mempunyai energi tinggi dari ATP kedalam glukosa pada atom C nomor enam. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim kinase dan katalisator Mg2+ (Fitria, 2007).

Tahap kedua terjadi reaksi isomerisasi dari glukosa-6-phosphat (G-6-P), yang menghasilkan 2-keto-glukosa-6-phosphat yaitu fruktosa-6-phosphat (F-6-P), dengan pertolongan enzim isomerase dan katalisator Mg2+. Reaksi ini adalah suatu reaksi bolak-balik (Fitria, 2007).

Tahap ketiga adalah pemindahan phosphat baru dari ATP ke F-6-P pada atom C nomor 1, dengan pertolongan enzim kinase. Hasilnya adalah fruktosa-1, 6-diphosphat (F-1, 6-diP), dan reaksinya berjalan satu arah (Fitria, 2007).

Tahap keempat adalah pecahnya F-1, 6-diP pada ikatan antara atom Cnomor tiga dan nomor empat menjadi bentuk aldol, yaitu dengan pertolongan enzim aldolase. Reaksi tersebut berjalan bolak-balik dengan hasil reaksinya adalah dehidroksi-aseton-phosphat (DHAP) dan gliseraldehida-3-phosphat (G-3-P) (Fitria, 2007).

Agar lebih jelas cara pemecahan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut (Fitria, 2007):

Tahap kelima terjadi oksidasi dari aldehida dengan pertolongan enzim dehidrogenase, dan sebagai akseptor elektron adalah DPN. Reaksi ini adalah reaksi bolak-balik dan menghasilkan asam 1,3-diphospho-gliserat (G-1,3-diP). Energi yang dihasilkan dari oksidasi ini digunakan untuk membentuk ikatan kimia yang mempunyai energi tinggi (Fitria, 2007).

Tahap keenam terjadi perpindahan ikatan kimia yang mempunyai energi tinggi dari atom C nomor satu ke ADP dengan menghasilkan ATP dan asam 3-phospho-gliserat (asam 3-P-gliserat), dengan pertolongan enzim kinase. Reaksi tersebut adalah reaksi bolak-balik (Fitria, 2007).

Tahap ketujuh terjadi setelah isomerisasi phosphat pada asam gliserat dari atom C nomor tiga ke atom C nomor dua, dengan pertolongan enzim isomerase. Reaksi ini disertai dengan dehidrogenasi yang menghasilkan H2O dan berjalan bolak-balik (Fitria, 2007).

Pelepasan H2O pada tahap ketujuh akan dapat meninggikan energi dari ikatan phodphat, sehingga pada tahap kedelapan ikatan phosphat akan berpindah ke ADP untuk membentuk ATP dengan pertolongan enzim kinase. Hasilnya adalah asam piruvat, dan reaksi ini berjalan bolak-balik (Fitria, 2007).


Skema Heksosa Diphosphat (HDP)
Melalui sistem HDP, setiap molekul glukosa dapat menghasilkan dua molekul triose phosphat. Di dalam reaksi tersebut diperlukan dua molekul ATP. Masing-masing triose phosphat yang terbentuk kemudian dapat menghasilkan satu molekul asam piruvat, dua molekul ATP dan sepasang elektron yaitu DPNH+H+. Jadi secara singkat reaksi pemecahan glukosa tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Fitria, 2007):

Didalam reaksi tersebut terlihat bahwa pemecahan sebuah molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat memerlukan dua molekul ATP dan menghasilkan empat molekul ATP serta dua pasang elektron (2 DPNH+H+), sehingga hasil akhirnya adalah dua molekul ATP dan dua pasang elektron (Fitria, 2007).
Asam piruvat yang merupakan hasil pemecahan glukosa melalui sistem HDP adalah senyawa yang penting karena melalui senyawa ini dapat dihasilkan banyak sekali jenis senyawa-senyawa lainnya misalnya asam laktat, alkohol, asam formiat, asam butirat, asam asetat, asam propionat dan sebagainya (Fitria, 2007).
Didalam reaksi perubahan asam piruvat menjadi senyawa-senyawa tersebut biasanya terjadi proses oksidasi-reduksi dengan menggunakan DPNH + H+ sebagai donor elektron (Fitria, 2007).

Heksosa Monophosphat (HMP)
Hanya sebagian kecil atau beberapa jenis bakteri tertentu saja yang dapat melakukan pemecahan glukosa dengan cara heksosa monophosphat (HMP). Berbeda dengan sistem HDP, maka sistem HMP ini tidak menghasilkan senyawa pertengahan (intermediate) berupa heksosa diphosphat (fruktosa-1,6-diphosphat). Pada sistem HMP setelah glukosa mengalami phosphorilasi pada atom C nomor enam dengan pertolongan enzim kinase dan ATP, kemudian dioksidasi menjadi asam 6-phospho-glukonat (6-PG) dengan pertolongan enzim dehidrogenase sebagai berikut (Fitria, 2007) :

Asam 6-phospho glukonat kemudian mengalami dekarboksilasi dan oksidasi dengan pertolongan enzim dekarboksilase sehingga menghasilkan CO2 dan suatu pentosa yaitu D-ribulose-5-phosphat (Ru-5-P), seperti terlihat pada reaksi dibawah (Fitria, 2007) :

Beberapa jenis mikroba yang menjalankan fermentasi dapat mmecah gula pentosa phosphat (C5) menjadi senyawa dua karbon (C2) dan triose phosphat sebagai berikut (Fitria, 2007) :

Triose phosphat (G-3-P) kemudian dioksidasi sehinga menjadi asam piruvat, sedangkan elektron-elektron yang dihasilkan dari oksidasi ini digunakan untuk mereduksi asam piruvat menjadi asam laktat, seperti terlihat pada reaksi dibawah ini (Fitria, 2007) :

Senyawa dua karbon yang terbentuk (C-C) direduksi untuk menampung elektron-elektron yang berasal dari hasil oksidasi G-6-P menjadi 6-PG dan dari 6-PG menjadi Ru-5-P, dengan menghasilkan alkohol seperti terlihat pada reaksi dibawah ini (Fitria, 2007) :

Secara singkat hasil fermentasi glukosa menurut sistem HMP dapat dituliskan sebagai berikut (Fitria, 2007) :

Ternyata beberapa jenis bakteri tertentu selain menggunakan sistem HDP juga dapat menggunakan sistem fermentasi HMP jika suatu ketika mengalami kekurangan enzim-enzim yang iperlukan dalam pemecahan glukosa secara HDP. Contoh dari bakteri tersebut misalnya Leuconostoc sp (Fitria, 2007).
Tahap-tahap pemecahan glukosa menjadi asam laktat menurut sistem HMP dapat digambarkan dalam suatu diagram seperti dibawah ini (Fitria, 2007) :

Skema Heksosa Monophosphat (HMP)
Pemecahan Gula Secara “Entner doudoroff”
Cara lain untuk memecah gula adalah secara “Entner Doudoroff” yang dikenal sebagai “Entner Doudoroff Split”. Cara ini ditemukan pada beberapa bakteri tertentu terutama pada bakteri golongan pseudomonad (Fitria, 2007).
Dengan cara “entner Doudoroff” ini glukosa mula-mula mengalami phosphorilasi menjadi glukosa-6-phosphat (G-6-P) dan kemudian dioksidasi menjadi 6-phospho glukonat (6-PG). Selanjutnya 6-PG mengalami dehidrasi (-H2O) dan dipecah menjadi asam piruvat dan triose phosphat, seperti terlihat pada reaksi di bawah ini (Fitria, 2007) :

Mikroba yang melakukan fermentasi dengan cara ini akan mengoksidasi triose phosphat dan mengubahnya menjadi asam piruvat. Beberapa asam piruvat direduksi menjadi asam laktat dan sisanya akan mengalami dekarboksilasi menjadi CO2 dan asetaldehida. Kemudian asetaldehida direduksi menjadi etil alkohol, seperti terlihat pada gambar dibawah ini (Fitria, 2007) :

C. Metabolit Primer dan Sekunder
1. Metabolit Primer
Metabolit primer adalah senyawa yang berupa produk akhir dalam metabolisme dengan bobot molekul yang kecil dan digunakan sebagai bahan dasar pembangun makromolekul atau dikonversikan menjadi koenzim. Selain itu termasuk senyawa-senyawa intermediet pada jalur Embden-Meyerhof, Pentosa Phosphate,siklus asam trikarboksilat (siklus Krebs). Contohnya: Asam-asam organik seperti asam sitrat, asam fumarat, asam amino, dan lain-lain (Fardiaz, 1992).
Senyawa metabolisme primer merupakan senyawa yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan bersifat essensial bagi proses metabolisme sel tersebut. Senyawa ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok makromolekul yaitu karbohidrat, protein, lipid,dan asam nukleat (Fardiaz, 1992).
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok makromolekul yang tersusun atas atom C,H,dan O. kelompok ini sering disebut juga gula-gula hidrokarbon.
Berdasarkan jumlah monomer penusunnya, karbohidrat terbagi atas:
1. Monosakarida yang tersusun atas 1 monomer,
2. Disakarida yang tersusun atas 2 monomer,
3. Oligosakarida yang tersusun atas 3-10, dan
4. Polisakarida yang tersusun atas lebih dari 10 monomer.
B. Protein
Protein merupakan suatu senyawa makromolekul yang tersusun atas atom C, H, O, N, dan S. Berdasarkan fungsinya protein dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Protein fungsional yaitu kelompok Enzim, dan
2. Protein Struktural yaitu protein yang menyusun bagian struktural dari dalam sel seperti protein integral dan protein perifer yang menyusun bagian membran sel.
C. Lipid
Lemak merupakan golongan senyawa metabolit primer yang bersifat hidrofobik. Senyawa ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Lemak yang tersusun atas asam lemak dan gliserol,
2. Sterol yang merupakan penyusun membran sel makhluk hidup, dan
3. Kolesterol
D. Nukleat
Asam nukleat merupakan komponen yang terdiri atas atom C, H, O, dan P. Biasanya asam nukleat terdiri atas 3 bagian yaitu gula ribosa, basa nitrogen, dan fosfat.
Berdasarkan fungsinya, asam nukleat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Sebagai komponen materi genetik, contohnya : DNA, RNA
2. Sebagai energi kimia, contohnya: ATP, GTP, UTP
3. Sebagai kofaktor, contohnya : NAD, FAD, Koenzim A
4. Sebagai komponen regulator, contohnya : cAMP, cGMP
2. Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal (Fardiaz, 1992).
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu (Fardiaz, 1992):
• Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat). Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
• Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya). Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
• Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin, dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid. Beberapa metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin, tanin, saponin, dan minyak volatil (Fardiaz, 1992).
Beberapa contoh dari metabolit sekunder adalah (Fardiaz, 1992):
Kelas Contoh Senyawa Contoh Sumber Efek dan kegunaan
SENYAWA MENGANDUNG NITROGEN
Alkaloid Nikotin, kokain, teobromin Tembakau, coklat Mempengaruhi neurotransmisi dan menghambat kerja enzim
TERPENOID
Monoterpena Mentol, linalool Tumbuhan mint dan banyak tumbuhan lainnya Mempengaruhi neurotransmisi, menghambat transpor ion, anestetik
Diterpen Gossypol Kapas Menghambat fosforilasi, toksik
Triterpena, glikosida kardiak (jantung) Digitogenin Digitalis (Foxglove digitalis sp.) Stimulasi otot jantung, memengaruhi transpor ion
Sterol spinasterol Bayam Mempengaruhi kerja hormon hewan
Asam fenolat Kafeat, klorogenat Semua tanaman Menyebabkan kerusakan oksidatif, timbulnya warna coklat pada buah dan wine.
Tannins gallotanin, tanin terkondensasi oak, kacang-kacangan Mengikat protein, enzim, menghambat digesti, antioksidan.
Lignin Lignin Semua tanaman darat Struktur, serat

Metabolit sekunder, hasil matebolisme yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan, tetapi untuk pertahanan diri, contoh: protein, asam lemak, karbohidrat, senyawa antimikroba, dll. Pada jalur biosintesis metabolit sekunder dapat terdiri dari berbagai jalur, mulai dari yang sederhana sampai dengan jalur yang rumit. Umumnya berasal atau berawal dari metabolit primer (asetil CoA, asam mevalonat, asam sikimat, dll). Metabolit sekunder ini unik untuk setiap mikroorganisme, bergantung pada lingkungan habitatnya. Ada beberapa contoh metabolit sekunder pada mikroorganisme yaitu: antibiotic, pigmen, vitamin, dan lain-lain (Fardiaz, 1992).
Beberapa contoh metabolit sekunder mikroba dan manfaatnya (Fardiaz, 1992) :
1. Antibiotik: penisilin (Penicillium chrysogeum), sefalosporin (Cephalosporium acremonium).
2. Imunosupresan: silosporin (Trichoderma polysoprum).
3. Bidang pertanian: growth promoter Zearalonone (Gibberella zeae).
4. Enzim: amylase (Asoegillus niger), lipase (Pseudomonas aeruginosa).
5. Pigmen: ankaflavin (Monascus purpureus).
Metabolit sekunder mikroba yang merupakan senyawa toksik (Fardiaz, 1992):
1. Toksik dari fungi mikotoksin, contoh: aflatoksin (Aspergillus flavus), sitrinin (Penicillium citrinum).
2. Toksik dari bakteri bakterotoksin, contoh: endotoksin.
3. Dapat dimanfaatkan untuk merancang obat berdasarkan struktur molekul toksin.
Penicillium di atas selai menghasilkan patulin, senyawa yang paling awal dirancang untuk menjadi antibiotik, tetapi ternyata toksik untuk mamalia (Fardiaz, 1992).







Aflotoksin diproduksi dari anggota Aspergillus parasiticus yang dihasilkan melalui jalur poliketida. Jalur ini kurang lebih mempunyai 20 langkah, dan hasil akhir menghasilkan suatu keanekaragaman dari campuran ( bisfuranokumarin) yang dapat dikonversi satu ke yang lain (Fardiaz, 1992).















Pada umumnya metabolit sekunder mikroorganisme merupakan makromolekul yang disebut biomakromolekul. Mikroorganisme yang dimanfaatkan atau dimanipulasi agar menghasilkan produk yang bermanfaat dan dapat diproduksi dalam skala industri disebut mikroba industri (Fardiaz, 1992) .
Mikroorganisme atau Mikroba Industri (Fardiaz, 1992) :
1. Prokariot (Eubakteri, Archaebakteri)
2. Eukariot (Fungi: Kapang, Ragi, Jamur, Algae, Protozoa)
3. Pathogen dan non-patogen
4. Pemanfaatan dalam bioteknologi klasik dan bioteknolgi modern.
5. Streptomyces merupakan kelompok bakteri yang paling banyak dimanfaatkan metabolit sekundernya di bidang farmasi.
Kapang yang sering dimanfaatkan: Ascomycota, Deuteromycota. Proses pertumbuhan akan menghasilkan senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit. Senyawa metabolit ada dua jenis, yakni metabolit primer dan metabolit sekunder (Djide, 2007).
Metabolit primer adalah hasil metabolisme yang digunakan untuk kelangsungan hidup organisme misalnya untuk pertumbuhan. Contohnya, asam amino, asetil Ko-A, karbohidrat, asam nukleat, nukleotida, asam sitrat, dan lain-lain. Metabolit sekunder adalah hasil metabolisme yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan organisme tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk pertahanan diri. Untuk mikroorganisme contohnya, asam indol asetat, giberelin, penisilin, dan aflatoksin (Rao, 1994).
Beberapa ahli mengemukakan bahwa metabolit primer juga mencakup senyawa-senyawa intermediet yang terbentuk selama katabolisme melalui Embden-Meyerhof-Parnas, siklus pentose, dan siklus trikarboksilat. Dengan demikian, asam-asam organik seperti asam sitrat, asam fumarat, asam glukonat, asam laktat, dan sebagainya juga digolongkan sebagai metabolit primer (Djide, 2007).
Salah satu contoh produksi metabolit primer yaitu produksi asam amino melalui proses mikrobial antara lain adalah produksi L-asam glutamat, yang dikenal dengan nama monosodium glutamat (Djide, 2007).

Gambar 2. Biosintesis L-asam glutamat
Selama fase stasioner beberapa kultur mikroorganisme mensintesa persenyawaan-persenyawaan yang tidak dihasilkan selama fase tropofase dan tidak mempunyai fungsi yang nyata pada metabolisme mikroorganisme. Persenyawaan-persenyawaan ini digolongkan sebagai metabolit sekunder dan fase di mana metabolit tersebut dihasilkan dikenal dengan nama iodophasa (Djide dkk., 2007).
Aflatoksin adalah suatu metabolit sekunder yang terbentuk setelah fase logaritmik pertumbuhan kapang Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus (Lunggani, 2007).
Aflatoksin menarik perhatian mikrobiologiawan di Inggris pada tahun 1960 ketika tidak terbilang banyaknya kalkun dan bebek yang mati karena makanannya yang berupa bubur dedak kacang tanah terkontaminasi Aspergillus flavus. Manivestasi penyakit pada kalkun yang terinfeksi tampak karena adanya kerusakan hati dan ginjal hewan oleh aflatoksin. Sejak permulaan ledakan penyakit kalkun ini, telah banyak dilakukan penelitian mengenai aspek bikimiawi dan mikrobiologis aflatoksin dan sekarang telah diketahui bahwa aflatoksin terdiri dari beberapa unsur seperti aflatoksin yang secara kromatografis dapat dipisahkan yaitu B1, B2, G1, G2, M1, M2, dan seterusnya (Rao, 1994).
Aflatoksin diketahui memiliki sifat karsinogenik dan terutama mempengaruhi hewan-hewan seperti burung, ikan, lembu, domba, kambing, dan lain-lain. Manusia jarang terpengaruh oleh aflatoksin kecuali bila makan kacang tanah yang mengandung Aspergillus flavus dalam jumlah besar. Terdapat laporan yang menyiratkan terjadinya penimbunan sejumlah besar aflatoksin di dalam air susu ibu yang diberi makan makanan yang berasal dari biji-bijian yang berjamur (Rao, 1994).
Produksi aflatoksin secara eksperimental dengan menginokulasikan Aspergillus flavus telah dilaporkan dapat dilakukan terhadap beberapa komoditi pertanian seperti kopra, gandum, padi, biji kapas, gandum hitam, kacang tanah, jagung, dan semanggi. Tampaknya, terdapat tingkat kekhususan galur dalam produksi aflatoksin sedangkan isolate lainnya tidak. Survei pada biji-bijian domestik mengenai kadar aflatoksinnya berdasarkan standar biji resmi Amerika Serikat menunjukkan bahwa keberadaan racun ini pada sorgum dapat sangat rendah yaitu 3-6 µg/kg biji sedangkan pada jagung kadarnya mencapai 13-15 µg/kg. Tanaman akar seperti ketela pohon, kentang, kopi, dan tanaman pakan juga diketahui terkontaminasi dengan aflatoksin. Tingginya kelembaban pada masa panen dan metode pengeringan pascapanen yang kurang tepat merupakan faktor-faktor utama yang menyebabkan masuknya jamur-jamur Aspergillus penghasil aflatoksin ke dalam biji (Rao, 1994).
Juga terdapat beberapa laporan mengenai pengaruh aflatoksin terhadap tanaman tingkat tinggi. Pengaruh ini meliputi penghambatan perkecambahan biji, induksi defisiensi klorofil, kerusakan mitokondria, gangguan pada asam nukleat terutama RNA duta dan penghambatan macam-macam sistem enzim. Racun ini menghambat pertumbuhan Rhizobium in vitro dan perbintilan akar pada kecambah semanggi kelompok (Trifolium glomeratum) yang ditumbuhkan pada agar miring. Racun ini juga menginduksi pembentukan tonjolan serupa bintil pada sistem perakaran walaupun tanpa Rhizobium (Rao, 1994).
Asam indol asetat juga merupakan salah satu metabolit sekunder pada mikroorganisme. Banyak spesies bakteri dan jamur menghasilkan asam indol asetat (IAA) dalam jumlah sedikit, terutama apabila medium pertumbuhannya ditambah dengan triptofan penyusun IAA. Misalnya, Agrobacterium tumefaciens, Ustilago maydis, Synchytrium endobioticum, Gymnosporangium juniper-virginianae, Nectria galligena, Endophyllum sempervivi, Rhizobium sp., Rhizopus suinus, dan Pseudomonas fluorescens menghasilkan IAA dalam kultur murni atau dalam asosiasi dengan tanaman tinggi. Beberapa pengaruh morfogenik yang penting dari IAA terhadap pertumbuhan tanaman adalah pemanjangan batang dan pembentukan bintil yang merupakan reaksi inang terhadap auksin (Rao, 1994).
Salah satu contoh sederhana tentang interaksi antara IAA yang dihasilkan mikroba dengan tanaman inang adalah fenomena pembengkokan bulu akar, sebagaimana terlihat pada tanaman leguminosa yang telah terinokulasi Rhizobium. Salah satu contoh IAA yang dihasilkan oleh mikroba yang menyebabkan terjadinya hipertrofi sel-sel tanaman adalah jaringan bintil mahkota (the crown-gall tissue) yang disebabkan oleh Agrobacterium tumefaciens. Struktur-struktur serupa bintil yang terlihat pada berbagai tanaman dipandang terutama disebabkan oleh IAA yang bekerjasama dengan suatu prinsip penginduksi tumor (TIP) yang belum dikenal yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebab. Beberapa kasus hiperauksini (penimbunan auksin di dalam jaringan tubuh inang sebagai akibat interaksi antara mikroorganisme pathogen dan tanaman inang) telah dilaporkan dalam literatur. Contoh-contoh hiperauksini adalah penyakit layu tanaman yang disebabkan oleh Verticillium yang berakibat matinya tanaman karena kekurangan air dan penyakit karat pada jagung yang disebabkan oleh Ustilago maydis yang menghasilkan bintil-bintil membulat yang besar pada daun, batang, dan tangkai bunga. Walaupun demikian, perlu diingat bahwa IAA yang dihasilkan oleh mikroorganisme-mikroorganisme parasit ini bekerjasama dengan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan dalam tubuh inang karena adanya interaksi antara inang dan parasit (Rao, 1994).
Hidup matinya suatu mikroorganisme di alam dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengadaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Organisme yang beradaptasi dengan cepat dan dapat menyesuaikan proses metabolismenya untuk tumbuh secara lebih efisien akan menang dalam kompetisi dengan mikroorganisme lainnya. Mikroorganisme mempunyai beberapa mekanisme untuk mengatur metabolismenya pada keadaan perubahan lingkungan. Proses adaptasi ada dua, yaitu adaptasi genotip dan adaptasi fenotip (Djide dkk., 2007).
Dalam suatu populasi organisme, selalu terdapat mutan alami dengan frekuensi satu dalam 107 set sampai dengan satu dalam 1010 sel. Jika mutan tersebut lebih dapat dengan lingkungan daripada induknya, mutan akan tumbuh lebih cepat dan menjadi dominan dalam populasi. Adaptasi yang disertai dengan perubahan dalam gen (genom) disebut adaptasi genotip. Dibutuhkan beberapa generasi sebelum mutan genotip tersebut menggantikan genotip orang tuanya sebagai organisme dominan dalam populasi (Djide dkk., 2007).
Dalam adaptasi fenotip, penyesuaian diri terhadap lingkungan lebih cepat, yaitu kurang dari satu waktu generasi. Adaptasi demikian tidak disebabkan oleh perubahan genom sel dan disebut adaptasi fenotip. Dalam adaptasi ini, organisme menyesuaikan diri dengan cara mengatur metabolisme sehingga dapat tumbuh lebih efisien dalam kondisi atau lingkungan yang baru. Cara adaptasi dengan fenotip ini dapat dilakukan dengan cara mengatur sintesis enzim dan mengatur aktivitas enzim (Djide dkk., 2007).












BAB III
PENUTUP

Layaknya makhluk hidup lain, setiap mikroorganisme membutuhkan energi untuk menjalankan kehidupannya. Energi diperoleh dari pemecahan karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, nukleotida, dan sebagainya. Namun, yang paling sering terjadi adalah pemecahan karbohidrat. Di mana pemecahan nutrien ini di samping akan menghasilkan energi, juga bertujuan untuk mensintesis metabolit primer dan sekunder.
Karena kemajuan teknologi, metabolit primer dan sekunder kini telah banyak ditemukan manfaatnya. Namun, tidak jarang pula bahkan lebih banyak metabolit mikroorganisme yang bersifat toksik. Untuk inilah maka diperlukan adanya penelitian untuk pengaturan metabolit mikroorganisme ini sehingga metabolit mikroorganisme tidak akan merugikan manusia lagi tetapi justru akan mendatangkan keuntungan yang besar.



















DAFTAR PUSTAKA

Djide, N., Sartini, dan Kadir, S., 2007, Bioteknologi Farmasi, Unhas press, Makassar.

Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan 1, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fitria, B., 2007, Pertumbuhan Bakteri (online), (http://www.farmasiku.com, diakses pada tanggal 4 April 2011 pukul 09.15 WITA).

Lunggani, A.T., 2007, Kemampuan Bakteri Asam Laktat dalam Menghambat Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergillus flavus, BIOMA (online), 9(II)45-51, (http:www.google.com, diakses pada tanggal 24 Maret 2011 pukul 13.02 WITA).

Machmud, M., 2008, Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba (online), (http://www.indobiogen.co.id, diakses pada tanggal 31 Maret 2011 Pukul 15.00 WITA).
Rao, N.S.S., 1994, Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua, UI press, Jakarta.

Winarno dan Faedianz, 1990, Biofermentasi dn Biosisntesa Protein, Angkasa, Bandung.


Powered by Blogger